MINYAK KEDELAI
I. Pendahuluan
Lemak dan minyak sebagai bahan pangan yang dibagi menjadi
dua golongan, yaitu 1) lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat consumed uncooked) misalnya
mentega, margarin serta lemak yang digunakan dalam kembang gula, dan 2) lemak
yang dimasak bersama bahan pangan atau dijadikan sebagai medium penghantar
panas dalam memasak bahan pangan misalnya minyak goreng.
Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan
nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak tersebut berfungsi sebagai
sumber cadangan energi.
Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan
sumbernya, yaitu :
1.
Bersumber dari tanaman
a. Biji-bijian palawija: minyak jagung, biji kapas,
kacang, rape seed, wijen, kedelai, dan bunga matahari.
b. Kulit buah tanaman tahunan: minyak zaitun
dan kelapa sawit.
c. Biji-bijian dari tanaman harian: kelapa,
cokelat, inti sawit, babassu, cohune dan lain sebagainya.
2.
Bersumber dari hewani
- Susu
hewani peliharaan: lemak susu.
- Daging
hewan peliharaan: lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil dari oleo
stock, lemak babi dan mutton tallow.
- Hasil
laut: minyak ikan sarden serta minyak ikan paus.
Minyak dan lemak (trigliserida) yang
diperoleh dari berbagai sumber mempunyai sifat fisiko-kimia yang berbeda satu
sama lain, karena perbedaan jumlah dan jenis ester yang terdapat di dalamnya.
Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya dan hanya
berbeda dalam bentuk (wujud). Disebut minyak jika berbentuk padat pada suhu
kamar.
Sifat fisiko-kimia biasanya berada dalam
suatu kisaran nilai, karena perbedaannya cukup kecil, nilai tersebut dinamakan
konstanta. Konstanta fisik yang dianggap cukup penting adalah berat jenis,
indeks bias dan titik cair, sedangkan konstanta kimia yang penting adalah
bilangan iod, bilangan penyabunan, bilangan Reichert Meisce, bilangan Polenske,
bilangan asam dan residu fraksi tak tersabunkan.
Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat
fisiko-kimia tiap jenis minyak berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sumber,
iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan. Perbedaan umum antara lemak
nabati dan hewani adalah:
1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak
nabati mengandung fitosterol.
2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih
kecil daripada lemak nabati.
3. Lemak hewani mempunyai bilangan Reichert Meisce lebih
besar serta bilangan polenske lebih kecil daripada minyak nabati.
Minyak
dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil
komponen selain trigliserida, yaitu lipid komplek (lesithin, cephalin,
fosfatida dan glikolipid); sterol berada dalam keadaan bebas atau terikat
dengan asam lemak; asam lemak bebas; lilin; pigmen yang larut dalam lemak dan
hidrokarbon. Semua komponen tersebut
akan mempengaruhi warna dan flavor produk, serta berperan dalam proses
ketengikan. Fosfolipid dalam minyak yang berasal dari biji-bijian biasanya
mengandung sejumlah fosfatida, yaitu lesithin dan cephalin. Dalam minyak jagung dan kedelai,
jumlah fosfatida sekitar 2 – 3 %, dan dalam proses pemurniannya, senyawa ini
dapat dipisahkan.
Minyak
pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan tidak murni dan
bercampur dengan komponen-komponen lain yang disebut fraksi lipida. Fraksi
lipida terdiri dari minyak, lemak (edible fat/oil), malam (wax), fosfolipida, sterol, hidrokarbon
dan pigmen.
Fraksi
lipid dalam bahan pangan biasanya dipisahkan dari persenyawaan lain yang
terdapat dalam bahan pangan dengan ekstraksi menggunakan pelarut seperti
petroleum eter, etil, ester, kloroform atau benzena. Fraksi yang larut disebut
“fraksi yang larut dalam eter” atau lemak kasar (Ketaren, 1986). Untuk
membedakan komponen-komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH. Minyak/ lemak pangan, malam dan
fosfolipida dapat disabunkan dengan NaOH sedangkan sterol, hidrokarbon dan
pigmen adalah fraksi yang tidak tersabunkan.
Berdasarkan
sifat mengeringnya, minyak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Minyak tidak mengering (non drying oil)
·
Tipe
minyak zaitun, yaitu minyak zaitun, minyak buah persik, inti peach dan minyak
kacang.
·
Tipe
minyak rape, yaitu minyak biji rape dan minyak biji mustard.
·
Tipe
minyak hewani, yaitu minyak babi.
2. Minyak nabati setengah mengering,
misalnya: minyak biji kapas dan minyak biji bunga matahari.
3. Minyak nabati mengering, misalnya minyak
kacang kedelai dan biji karet.
Klasifikasi lemak nabati berdasarkan sifat
fisiknya (sifat mengering dan sifat cair), sebagai berikut:
No
|
Kelompok Lemak
|
Jenis Lemak/ Minyak
|
1.
2.
|
Lemak
(berwujud padat)
Minyak
(berwujud cair)
a. Tidak mengering (non
drying oil)
b. Setengah mengering (semi drying oil)
c.
Mengering (drying
oil)
|
Lemak biji
cokelat, inti sawit, cohune, babassu, tengkawang, nutmeg butter, mowwah
butter dan shea butter
Minyak zaitun,
kelapa, inti zaitun, kacang tanah, almond, inti alpukat, inti plum, jarak
rape dan mustard.
Minyak dari
biji kapas, kapok, jagung, gandum, biji bunga matahari, eroton dan urgen.
Minyak kacang
kedelai, safflower, argemone, walnut, biji poppy, biji karet, penilla, lin
seed dan candle nut.
|
Jenis
minyak mengering (drying oil) adlah
minyak yang mempunyai sifat dapat mengering jika kena oksidasi, dan akan
berubah menjadi lapisan tebal, bersifat kental dan membentuk sejenis selaput
jika dibiarkan di udara terbuka. Istilah minyak “setengah mengering” berupa
minyak yang mempunyai daya mengering lebih lambat.
II. Kedelai
Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman
polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan Timur Jauh
seperti kecap, tahu dan tempe. Kedelai yang
dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies:
Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak
putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli
daerah Asia
subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan,
sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara.
Dibawah ini adalah
klasifikasi ilmiah dari kedelai.
|
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
Spesies
|
||||||||||||||||
Glycine max
Glycine soja |
Kedelai merupakan sumber utama
protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil
kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat
meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein
nabati utama, meskipun Indonesia
harus mengimpor sebagian besar kebutuhn kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia
yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di
Jepang dan Tiongkok. Pemuliaan serta domestikasi
belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang
tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi
adaptasi lebih cocok bagi Indonesia .
Dibawah ini adalah jenis biji kedelai putih.
Di Indonesia pertanaman kedelai terpusat
di Jawa, Lampung, Nusa Tenggara Barat dan Bali. Varietas-varietas kedelai yang
ada di Indonesia adalah Daphros, Orba dan T.K.5. Kedelai dapat tumbuh sampai
ketinggian 1500 m dpi, sedangkan ketinggian optimalnya adalah 650 m dpi. Untuk
pertumbuhan kedelai perlu suhu optimal 29,4"C, pH tanah 6,0-6,8. Kedelai
dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari, di lahan kering (tegalan)
maupun di lahan bekas padi di lahan sawah.
Kedelai
merupakan sumber protein nabati. Rata-rata kandungan protein biji adalah 35%,
kandungan asam amino terbanyak adalah leusin (484 mg/g N2). Kedelai
dapat digunakan sebagai bahan makanan (tahu, tempe , kecap, tauco, taoji, susu kedelai,
tauge dan sebagainya.). Dalam minyak kedelai terdapat fosfatida yang terdiri
dari sekitar 2 persen lesitin dan sepalin yang digunakan sebagai bahan
pengemulsi dalam industri makanan. Lesitin digunakan sebagai bahan pengempuk
dalam pembuatan kue dan roti.
III. Minyak Kedelai
Kandungan
minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh varietas dan
keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar
90-95 persen, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan
tokoferol. Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh sekitar 15% sehingga
sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang memiliki kadar asam lemak
jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi. Hal ini berarti minyak
kedelai sama seperti minyak nabati lainnya yang bebas kolestrol.
Kadar
minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan
lainnya, tetapi lebih tinggi daripada kadar minyak serelia. Kadar protein
kedelai yang tinggi menyebabkan kedelai lebih banyak digunakan sebagai sumber protein
daripada sebagai sumber minyak.
Asam
lemak dalam minyak kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak esensial yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh. Dibawah ini disajikan komposisi kimia minyak
kedelai, sifat fisiko-kimia minyak kedelai dan standar mutu minyak kedelai.
Komposisi Kimia Minyak Kedelai
Asam Lemak
Tidak Jenuh (85%)
Asam linoleat
Asam oleat
Asam linolenat
Asam arachidonat
|
Terdiri dari :
15-64%
11-60%
1-12%
1,5%
|
Asam lemak jenuh (15%), terdiri dari :
Asam palmitat
Asam stearat
Asam arschidat
Asam laurat
|
7-10%
2-5%
0,2-1%
0-0,1%
|
Fosfolipida
|
Jumlahnya sangat kecil (trace)
|
Lesitin
|
-
|
Cephalin
|
-
|
Lipositol
|
-
|
Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kedelai
Sifat
|
Nilai
|
Bilangan asam
Bilangan penyabunan
Bilangan iod
Bilangan thiosianogen
Bilangan hidroksil
Bilangan Reichert Meissl
Bilangan Polenske
Bahan yang tak tersabunkan
Indeks bias (25oC)
Bobot jenis (25/ 25oC)
Titer (oC)
|
0,3-3,000
189-195
117-141
77-85
4-8
0,2-0,7
0,2-1,0
0,5-1,6%
1,471-1,475
0,916-0,922
22-27
|
Standar Mutu Minyak Kedelai
Sifat
|
Nilai
|
Bilangan asam
Bilangan penyabunan
Bilangan iod
Bilangan tak tersabunkan (%)
Bahan yang menguap (%)
Indeks bias
(20oC)
Bobot jenis
(15,5/ 15,5oC)
|
Maksimum 3
Minimum 190
129-143
Maksimum 1,2
Maksimum 0,2
1,473-1,477
0,924-0,928
|
Nilai
gizi asam lemak esensial dalam minyak dapat mencegah timbulnya athero-sclerosis atau penymbatan
pembuluh darah. Kegunaan minyak kedelai yang sudah dimurnikan dapat digunakan
untuk pembuatan minyak salad, minyak goreng (cooking oil) serta untuk segala keperluan pangan. Lebih dari 50
persen pangan dibuat dari minyak kedelai, terutama margarin dan shortening. Hampir 90 persen dari
produksi minyak kedelai digunakan di bidang pangan dan dalam bentuk telah
dihidrogenasi, karena minyak kedelaimengandung lebih kurang 85 persen asam
lemak tidak jenuh.
Minyak kedelai juga digunakan pada pabrik
lilin, sabun, varnish, lacquers, cat, semir, insektisida dan
desinfektans. Bungkil kedelai mengandung 40-48 persen protein dan merupakan
bahan makanan ternak yang bernilai gizi tinggi, juga digunakan untuk membuat
lem, plastik, larutan yang berbusa, rabuk dan serat tekstil sintesis. Bila
minyak kedelai akan digunakan di bidang nonpangan, maka tidak perlu seluruh
tahap pemurnian dilakukan. Misalnya untuk pembuatan sabun hanya perlu proses
pemucatan dan deodorisasi, agar warna dan bau minyak kedelai tidak mencemari
warna dan bau sabun yang dihasilkan.
Titik cair yang dimiliki minyak kedelai
sangat tinggi, yaitu sekitar -16oC dan biasanya berbentuk padat (solid) pada ruang yang mempunyai suhu
tinggi. Hal ini berarti minyak kedelai dapat digunakan untuk biodiesel dan
bahan bakar pada musim panas (summer fuel).
Dibawah ini disajikan titik cair dari berbagai minyak.
Titik Cair dan Nilai Iodin dari
Minyak
|
||
Minyak
|
Titik Cair
(oC)
|
Nilai Iodin
|
Coconut oil
|
25
|
10
|
Palm kernel oil
|
24
|
37
|
Mutton tallow
|
42
|
40
|
Beef tallow
|
-
|
50
|
Palm oil
|
35
|
54
|
Olive oil
|
-6
|
81
|
Castor oil
|
-18
|
85
|
Peanut oil
|
3
|
93
|
Rapeseed oil
|
-10
|
98
|
Cotton seed oil
|
-1
|
105
|
Sunflower oil
|
-17
|
125
|
Soybean oil
|
-16
|
130
|
Tung oil
|
-2.5
|
168
|
Linseed oil
|
-24
|
178
|
Sardine oil
|
-
|
|
Biodiesel merupakan bahan
bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi
bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan
membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat
pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi,
dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan
sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol
murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk
menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi
utama dunia, karena merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan
diesel petrol dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.
IV. Pembuatan Minyak Kedelai
Pada
pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada sifat
alami minyak atau lemak dan juga tergantung dari hasil akhir yang dikehendaki.
Diagram dibawah ini menggambarkan mengenai pengolahan minyak dan lemak secara
umum.
Pembuatan minyak kedelai dilakukan dalam
beberapa tahap. Sebelum masuk tahap ekstraksi, kedelai harus dibersihkan dan
dikuliti terlebih dahulu. Alat untuk mengkuliti biji kedelai dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Setelah
itu biji kedelai dihancurkan kemudian dipisahkan dari kulitnya. Penghancuran
kedelai dilakukan pada suhu sekitar 74-79oC selama 30-60
menit agar kulit kedelai dapat mengelupas. Dalam kondisi ini akan terjadi
denaturasi dan koagulasi protein sehingga mengurangi afinitas minyak menjadi
padat dan akan memudahkan dalam proses ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan
pemanasan secara tidak langsung untuk mengatur kelembapan dan suhu.
Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Dalam
mengekstraksi minyak terdiri dari tiga metode utama, yaitu pengepresan
hidraulik (hydraulic pressing),
pengepresan berulir (expeller pressing)
dan ekstraksi dengan pelarut (solvent
extraction). Untuk minyak kedelai menggunakan ekstraksi dengan
pelarut.
Ekstraksi pelarut dari biji minyak
dapat dilakukan dengan menggunakan alat tipe perkolasi atau pencelupan (immersion). Perkolasi lebih efektif
daripada pencelupan karena dapat digunakan dalam kapasitas besar dalam daerah
yang terbatas. Perkolasi biasanya menggunakan rotary extractor dan ditutup dengan sistem vertikal untuk
memindahkan pada tempat yang berlubang dengan menggunakan gerakan rotary. Gambar rotary extractor dapat dilihat dibawah ini.
Pelarut yang digunakan adalah heksana dan
diberikan diatas dasar serpihan (flake)
sehingga perkolasi akan turun melalui cawan berlubang atau kasa berlubang. Serpihan
yang terekstraksi terdiri dari 35% heksana, 2-8% air dan 0,5-1,0% minyak. Ketebalan serpihan
adalah faktor dalam pemindahan minyak secara efisien. Dibawah ini dijelaskan ilustrasi
perkolasi ekstraksi sel.
Pemurnian (Purification)
Setelah tahap ekstraksi, minyak
kedelai kasar terdiri dari kotoran tidak terlarut dalam minyak dan yang
terlarut dalam minyak. Kotoran ini harus dibuang dengan cara pemurnian. Tujuan
utama dalam proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau
yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak
sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri.
Kotoran yang tidak terlarut dalam
minyak dapat dibuang dengan menggunakan filtrasi. Sedangkan yang terlarut dalam
minyak dapat dibuang dengan beberapa teknik dibawah ini dimana sering digunakan
dalam industri untuk memproduksi minyak kedelai yang dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Keterangan :
D=
deodorization, W= winterization, S= solidification, H2=
hydrogenation
Pemisahan Gum (De-gumming)
Pemisahan
gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang terdiri dari
fosfotida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah
asam lemak bebas dalam minyak. Proses pemisahan gum termasuk pencampuran minyak
kedelai kasar dengan 2-3% air dan agitasi secara hati-hati selama 30-60 menit
(untuk mencegah adanya oksidasi dari minyak) pada suhu 70oC. Proses
ini dilakukan untuk memperbaiki fosfatida untuk membuat lesitin kedelai dan
untuk memindahkan materi yang ada pada minyak murni selama penyimpanan.
Penyaringan Alkali
Penyaringan
dilakukan untuk memindahkan objek kotoran yang dapat mempengaruhi kualitas
minyak. Soda kaustik digunakan dalam penyaringan untuk membuat asam lemak
bebas, fosfotida dan gum, pewarnaan zat yang tidak terlarut dan materi lainnya.
Minyak yang kasar merupakan hasil dari heat exchanger untuk mengatur suhu menjadi 38oC.
Biasanya kaustik yang ditambahkan pada pencampuran sekitar 0,10-0,13% untuk
memastikan terjadinya saponifikasi dari asam lemak bebas, hidrasi dari
fosfolipid dan reaksi dengan pigmen warna. Campuran ini dipanaskan pada suhu
75-82oC dan disentrifus untuk memisahkan kaustik dari minyak yang
disaring. Kemudian minyak yang disaring dipanaskan pada suhu 88oC
dan dicampurkan dengan 10-20% air yang sudah dipanaskan pada suhu 93oC.
Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan adalah suatu tahap proses
pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak.
Dalam pemucatan minyak kedelai menggunakan tanah serap (fuleris earth) sekitar 1% atau karbon aktif (actived carbons) seperti arang. Adsorben ini dimasukkan dalam
sistem vakum pada 15 inchi Hg selama 7-10 menit dan selanjutnya dipanaskan pada
suhu 104-166oC yang dilewatkan pada heat exchanger bagian luar kemudian dimasukkan pada tangki kosong
yang diagitasi selama 10 menit. Campuran ini disaring, didinginkan dan
dialirkan menuju tangki holding.
Hidrogenasi (Hydrogenation)
Hidrogenasi
adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan hidrogen
pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat ketidakjenuhan
minyak atau lemak. Selain itu, hidrogenasi pada minyak kedelai dapat
meningkatkan titik cair, stabilitas minyak dari efek oksidasi dan kerusakan
rasa dengan cara mengubah asam linolenat menjadi asam linoleat dan asam
linoleat menjadi asam oleat.
Hidrogenasi akan memberikan
perbedaan derajat kekerasan (hardness) dari produk yang diinginkan. Hidrogenasi
terjadi dalam tempat vakum yang berisi minyak dimana gas hidrogen akan keluar
dalam bentuk gelembung halus selama pemanasan campuran dan agitasi. Ketika hidrogenasi yang diinginkan
tercapai, maka campuran didinginkan dan katalis disaring. Sebagian sisa minyak
yang terhidrogenasi akan berbentuk cair dan sebagian besar minyak kedelai akan
mengeras (hardened).
Deodorisasi (Deodorization)
Deodorisasi adalah suatu tahapan
proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa yang
tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak
dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Asam lemak bebas yang terbuang juga akan
meningkatkan kestabilan minyak.
Winterisasi (Winterization)
Winterisasi
adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair tinggi dari
trigliserida bertitik cair rendah. Winterisasi merupakan bentuk dari fraksinasi
atau pemindahan materi padat pada suhu yang diatur. Hal ini termasuk pemindahan
jumlah kecil dari materi terkristalisasi dari minyak yang dapat dimakan dengan
filtrasi untuk mencegah cairan fraksi mengeruh pada suhu pendinginan. Minyak didinginkan secara perlahan pada
suhu sekitar 6oC selama 24 jam. Pendinginan dihentikan dan minyak
atau campuran kristal didiamkan selama 6-8 jam. Kemudian minyak disaring
sehingga akan menghasilkan 75-80% minyak dan produk stearine yang akan digunukan untuk shortening pada industri.
Dewaxing
Dewaxing dan pelarut terfraksinasi digunakan untuk
menjernihkan minyak dengan memeras atau menekan minyak dari lemak padat dengan
pengepresan hidraulik sehingga menghasilkan mentega yang keras. Pelarut
terfraksinasi termasuk kristalisasi dari fraksi yang diinginkan dari campuran
trigliserida yang terlarut dalam pelarut yang cocok. Fraksi dapat memilih dalam
bentuk yang jelas pada suhu yang berbeda, dipisahkan dan pelarut dibuang untuk
mendapatkan hasil akhir atau trigliserida spesifik atau komposisi asam lemak.
Posting Komentar